Powered By Blogger

Rabu, 08 Juni 2011

Olahraga Teratur Kurangi Risiko Alzheimero

Bila anda rajin dan teratur berolahraga sejak muda, maka berarti anda boleh
sedikit bernafas lega karena berhasil mengurangi risiko terkena alzhemier atau kepikunan
yang biasa menyerang kaum manula. Karena itu, para ahli kesehatan menyerukan untuk
mewaspadai gejala penyakit ini sejak awal. Sebab, akhir-akhir ini ditemukan jumlah
peningkatan alzheimer pada kelompok usia lebih muda, sekitar usia 40 sampai 50 tahun.
Jika alzheimer sudah merambah usia muda. Beberapa faktor ditengarai menyebabkan
terjadinya hal ini, seperti stroke. Saat ini, stroke sudah banyak menyerang usia muda. Sebab
itu, alzheimer pun bisa dialami orang muda. Faktor genetik merupakan penyebab lain
alzheimer di samping masalah infeksi dan trauma. Meski masyarakat sudah banyak
mendengar istilah alzheimer, penyebab pastinya masih belum banyak yang tahu. Alzheimer
merupakan penyakit degeneratif otak progresif yang disebabkan timbulnya neurotangles.
Yaitu, suatu bentuk plak-plak yang tinggal di saraf otak. Neurotangles ini menyebabkan sel-sel
otak cepat rusak dan mati. Sehingga, muncul gangguan pada fungsi memori dan timbul
kepikunan (demensia).
Alzhemier merupakan penyakit yang progresif (berkembang cepat dan memburuk), jika tidak
segera dikurangi derajat progresifitasnya, bisa merusak semakin banyak sel otak. Akibatnya,
cepat melewati tahapan penyakit yang semakin buruk. Penyakit ini umumnya diawali dengan
hilangnya short memory (memori jangka pendek). Pasien mulai sulit mengingat kejadian yang
baru saja terjadi hingga beberapa hari sebelumnya. Tapi, ia masih mampu mengingat masa
lalunya, sehingga masih bisa diajak bernostalgia.

Tahap kedua, si penderita bisa kehilangan intermediate memory, suatu kondisi hilangnya daya
ingatan sampai berminggu-minggu. Yang berbahaya ketika sudah terjadi long memory.
Pasalnya, penderita sudah tidak dapat mengingat masa lalu maupun masa kini. Gejala awal
sebenarnya dapat dikenali, yaitu adanya mild cognitive impearment (gangguan kognitif
ringan). Penderita yang mendapat gejala seperti ini umumnya, mengalami kesulitan dalam
mempertimbangkan sesuatu. Dan, bagi yang mengalami gejala ini, hampir 30 persen akan
mengidap alzheimer.
Untuk itu, penyakit ini harus dicegah sejak dini. Tidak ada pengobatan khusus untuk penderita
alzheimer. Ketika seseorang sudah masuk tahap kepikunan, harus segera dicegah dengan
obat-obat pembangkit memori. Seperti, obat donepenzil dan rivasticmin. Obat-obat ini
setidaknya mampu mengurangi kecepatan menuju alzheimer.
Namun, apabila sudah masuk dalam tahap alzheimer, maka salah satu tindakan yang bisa
diambil adalah psikoterapi. Psikoterapi inipun sifatnya hanya membuat nyaman pasien tetapi
tidak bersifat menyembuhkan. Salah satu bentuk psikoterapi adalah terapi kerja. Caranya,
dengan membuat jadwal kerja pada pasien, supaya merangsang daya ingatnya dan memicu
aktivitas otak.
Selain itu, bisa diberi terapi dengan menunjukkan foto-foto tertentu yang dapat membantunya
mengingat masa lalu. Susahnya, banyak penderita alzheimer tidak menyadari kalau dirinya
mengidap penyakit gangguan otak ini. Beberapa diantaranya, bahkan sering menolak dan
mengingkari bahwa dirinya mengidap alzheimer. Biasanya, seseorang dengan penyakit
Alzheimer menunjukkan perubahan kepribadian yang drastis. Misalnya, menjadi pencuriga,
penakut atau mudah bimbang dan kebingungan. Sehingga sering menimbulkan persoalan
dengan orang di sekitarnya.
Menurut hasil penelitian di Swedia yang dimuat di jurnal 'Lancet Neurology' edisi September
2005, menyimpulkan bahwa olahraga teratur bisa mengurangi risiko terkena penyakit
kepikunan tersebut. Hal itu didasarkan pada penelitian terhadap sekelompok sukarelawan
berusia lanjut. Dari hasil penelitian itu diketahui bahwa mereka yang aktif secara fisik ketika
masih muda, lebih kecil kemungkinannya terkena penyakit tersebut. Telah lama diketahui
bahwa olahraga mental, seperti mengisi teka-teki silang, bisa membantu mengurangi
kemungkinan mengidap penyakit Alzheimer. Logikanya adalah, pikiran atau otak yang sering
digunakan, lebih kecil kemungkinannya terkena Alzheimer.

Namun, beberapa peneliti mengatakan mereka belum bisa memastikan pendekatan apa yang
bisa mencegah penyakit tersebut. Latihan fisik belum dianggap sebagai cara ampuh untuk
menjaga kesehatan otak. Namun ada banyak bukti yang bisa mendukung hal itu. Mungkin
saja sebabnya adalah latihan fisik bisa membantu melancarkan peredaran darah ke otak.
Mekanisme persisnya belum jelas, dan diharapkan percobaan terhadap tikus yang secara
genetik mempunyai tanda-tanda mengidap Alzheimer bisa membantu memecahkan persoalan
ini. Namun penelitian baru menunjukkan olahraga teratur mengurangi secara drastis
kemungkinan terkena pikun.
Selain dengan olahraga, ada cara lain untuk mengurangi imbas terkena risiko alzheimer, yakni
dengan diet asam folat. Daya ampuh Folat terbukti melalui penelitian yang dilakukan di
Amerika baru-baru ini. Studi terdahulu menyebutkan efek perlindungan dari vitamin sebagai
antioksidan. Dokter Maris M. Corrada dari University of California Irvine menyebutkan, bahwa
tidak ada studi evaluasi yang mencari hubungan antara vitamin B dengan penyakit Alzheimer.
Oleh karena itu, kemudian ia mencoba menganalisa sebuah data dari Baltimore Longitudinal
Study of Aging, yang dikaitkan dengan risiko penyakit Alzheimer. Data tersebut diambil dari
579 subjek yang telah dicatat menu lengkapnya selama satu minggu. Kemudian, diikuti
selama kurang lebih 9,3 tahun.
Kelompok tersebut terbagi dalam dua kelompok. Yaitu, kelompok dengan intake vitamin E, C,
B6, B12, folat dan karotenoid seperti yang disarankan RDA. Dan, kelompok satunya adalah
yang konsumsi bahan tersebut berada di bawah rekomendasi RDA. Setelah dianalisa, ternyata
konsumsi bahan-bahan tersebut berkaitan erat dengan penurunan risiko penyakit Alzheimer.
Namun, dari hasil perhitungan data, hanya folat yang secara signifikan berhubungan erat
dengan penurunan risiko ini.
Hasil serupa ditunjukkan pada kadar total kolesterol, tekanan darah sistole, kebiasaan
merokok, serta tingkat BMI (Body Mass Index). Dokter Corrada beserta timnya,
memperkirakan, efek folat dapat menurunkan kadar homosistein. Diketahui, kadar
homosistein tinggi dapat meningkatkan risiko Alzheimer melalui jalur penyakit vaskular,
toksisitas terhadap amyloid, serta sel saraf. "Namun, uji coba klinis perlu dilakukan untuk
meminimalkan efek lain yang tidak diketahui dari pemberian diet tinggi folat ini," saran
Corrada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar