Powered By Blogger

Rabu, 08 Juni 2011

Gula Bukan Penyebab Diabetes

Biasanya, diabetes atau kencing manis selalu dikaitkan oleh gula sebagai biang
keladi penyebabnya. Namun, sebuah penelitian menyimpulkan bahwa penyebab diabetes
bukan karena terlalu banyak mengkonsumsi gula.
Sebenarnya, bila melihat dari jenis gula dan sumbernya, tudingan itu bisa langsung
dipatahkan. Sebab, terdapat banyak sekali jenis gula. Dalam bentuk murni, berbagai jenis
gula tersebut memiliki nama masing-masing, seperti fruktosa (gula buah), galaktosa, glukosa,
laktosa (gula susu), maltosa, ribosa, serta gula alkohol, seperti sorbitol dan xilitol. Di samping
itu, bila dilihat dari sumbernya, maka gula bisa dibedakan, yakni madu, sirup jagung dan
molase. Molase merupakan sirup kental, lazimnya berwarna cokelat gelap yang dihasilkan
selama penyaringan gula.
Semua gula pada dasarnya sama. Tidak terdapat satu pun yang memberikan keuntungan gizi
signifikan melebihi yang lain, kecuali madu dan molase yang mayoritas gulanya sudah
dihilangkan/dikeluarkan. Molase kaya akan zat besi, sedangkan madu sarat flavonoid, zat
fitokimia yang berperan sebagai antioksidan. Sukrosa adalah gula utama dalam buah, seperti
dalam buah blewah, jeruk, kismis, mangga, melon, nanas, pisang, dan semangka. Bonus
kesehatan yang berasal dari makan buah terletak pada kandungan vitamin, mineral, serat,
dan flavonoidnya, bukan pada jenis gula yang dikandung oleh buah.

Ada perbedaan tingkat kemanisan gula. Fruktosa lebih manis daripada jenis-jenis gula lain
(hampir dua kali kemanisan sukrosa) sehingga diperlukan sedikit saja untuk membuat
makanan terasa manis. Sebaliknya, tingkat kemanisan xilitol dan sorbitol jauh lebih rendah
dibandingkan dengan jenis-jenis gula lain sehingga harus digunakan lebih banyak untuk
memunculkan rasa manis. Tubuh membutuhkan gula. Glukosa, yang merupakan gula utama
dalam darah dan bahan bakar dasar bagi tubuh, esensial untuk berfungsinya seluruh sel,
terutama sel-sel otak.
Namun, kita tidak perlu makan gula untuk memasok glukosa. Yang dibutuhkan tubuh adalah
karbohidrat kompleks, juga dikenal sebagai zat pati, yang ditemukan pada makanan-makanan
yang berasal dari padi, sayuran, dan buah. Pada beberapa keadaan, glukosa dapat diproduksi
dari pemecahan protein atau lemak.
Ketika mengonsumsi makanan yang mengandung gula, makanan itu dipecah tubuh menjadi
bentuk gula yang paling sederhana, kecuali gula dalam makanan tersebut telah berbentuk
sangat sederhana. Misalnya, selama pencernaan, sukrosa dipecah menjadi glukosa dan
fruktosa, yang memasuki aliran darah melalui dinding-dinding usus halus serta melintasi sel-
sel tubuh dan hati. Dengan bantuan insulin, yakni hormon pengatur kadar glukosa, sel-sel
menyerap glukosa dan menggunakannya sebagai energi. Glukosa disimpan di hati dan otot
dalam bentuk glikogen. Glikogen di hati sewaktu-waktu dapat diubah kembali menjadi glukosa
pada saat energi diperlukan. Sebagian besar fruktosa diubah pula menjadi glukosa oleh hati.
Hati pun dapat mengubah gula menjadi asam-asam amino-balok-balok pembangun protein.
Kelebihan gula, sebagaimana halnya energi ekstra lainnya, diubah menjadi lemak dan
disimpan di dalam tubuh.
Diabetes atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai oleh kadar gula darah yang tinggi
melebihi batas-batas normal. Penyakit ini disebabkan oleh kurangnya kadar insulin dalam
darah, atau karena tubuh tidak dapat memakai insulin dengan baik. Insulin adalah hormon
yang dihasilkan oleh tubuh dan mempunyai fungsi penting dalam metabolisme glukosa. Sel
memerlukan insulin agar gula yang ada di dalam darah dapat masuk ke dalam sel dan dipakai
sebagai sumber energi. Bila jumlah insulin kurang, tentu saja gula tidak dapat diserap ke
dalam sel dan tetap beredar di dalam darah. Akibatnya kadar gula darah menjadi tinggi.
Penderita yang mengalami keadaan ini disebut sebagai penderita DM tipe I.
Ada keadaan lain dimana jumlah insulin sebenarnya cukup, atau berkurang sedikit, tapi sel-sel
tubuh tidak dapat memanfaatkannya secara baik. Keadaan ini disebut resistensi insulin.
Penderita yang mengalami resistensi insulin dan atau defisiensi insulin relatif disebut sebagai

penderita DM tipe II. Jadi, penyebabnya bukan karena kelebihan konsumsi gula memang amat
berbahaya bagi pengidap diabetes. Mereka harus membatasi konsumsi gulanya. Tetapi, gula
tidak menyebabkan diabetes.
Janket dan empat koleganya dari Harvard Medical School and Harvard School of Public Health,
Boston, Amerika Serikat, meneliti secara prospektif apakah konsumsi total atau jenis gula
berhubungan dengan risiko munculnya diabetes tipe-2, yaitu diabetes tipe yang tidak
tergantung pada insulin. Studi yang diikuti selama rata-rata enam tahun itu meneliti 39.345
perempuan berumur minimal 45 tahun ke atas yang dipilih secara acak. Hasilnya
menunjukkan bahwa konsumsi gula tidak tampak berisiko terhadap perkembangan diabetes
tipe-2.
Kegemukan mungkin merupakan faktor risiko utama untuk diabetes tipe-2. Dan, sebagaimana
sudah dinyatakan di atas, gula bukan penjahat utama di belakang kebanyakan kasus
kegemukan. Riwayat keluarga berpenyakit diabetes dan usia yang telah lanjut merupakan
faktor-faktor penting lain penyebab diabetes. Tidak ada alasan kuat untuk membatasi
konsumsi gula secara ketat, kecuali kalau Anda penderita diabetes atau orang yang sensitif
terhadap karbohidrat. Penderita diabetes pun masih diperbolehkan makan makanan yang
manis. Namun, menghindari konsumsi gula terlalu banyak tetap lebih baik.
Gula secara alami dijumpai pula pada buah-buahan, sayur-sayuran, dan produk susu.
Idealnya, gula memberikan kontribusi tidak melebihi 15 persen dari total energi per hari.
Kendati begitu, perlu diingat bahwa sebagian besar makanan manis mengandung lemak dan
energi yang tinggi, tetapi zat gizinya relatif rendah. Karena itu, ada baiknya melakukan pola
makanan seimbang, yakni rendah lemak dan tinggi karbohidrat, tak ada alasan menjauhi gula.
Dengan pola makan seimbang, Anda secara otomatis akan membatasi konsumsi gula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar